Minggu, 15 Juni 2014


MEMORY

DAFTAR ISI
Halaman Judul……………………………..………………………………………….i
Kata Pengantar………………………………………………………………………..ii
Daftar Isi………………...…….……………………………………………………..iii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………...………….…..1
    1. Latar Belakang Masalah…………………………………………………….1
    2. Rumusan Masalah…………………………………………………………..1
    3. Tujuan Penulisan……………………………………………………………1
    4. Manfaat Penulisan…………………………………………………………..2
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………….3
    1. Pengertian dan Sifat Memori………………………………………………..3
    2. Pengukuiran Memori………………………………………………………..4
    3. Model Memori………………………………………………………………4
    4. Bentuk-bentuk Penyimpanan Informasi…………………………………...6
BAB III PENUTUP………………………...……………………………………….....10
3.1 Kesimpulan…………………..……………………………………………10

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………….11


BAB I
PENDAHULUAN
    1. Latar Belakang Masalah
Memori adalah elemen pokok dalam sebagian besar proses kognitif. Tidaklah mengherankan bahwa memori menjadi subyek penelitian utama para peneliti terdahulu William James dan Herman Ebbinnghaus di Jerman. Sebagai sebuah topik penelitian, memori sempat diabaikan ketika dunia psikologi Amerika terobsesi dengan behaviorisme. Meskipun demikian, pendekatan behaviorisme pada paruh pertama abad ke 20 itu jugalah yang akhirnya memunculkan minat terhadap cara manusia menyimpan apa yang telah dipelajarinya dan bagaimana manusia mengubah pengetahuan itu menjadi memori.
Tren dalam penelitian memori menarik minat para psikolog eksperimental, yang mengembangkan model-model rumit tentang representasi mental mengenai bagaimana informasi disimpan dan diambil kembali. Salah satu model memori yang paling bertahan lama adalah model yang dibuat oleh William James, meskipun model tersebut telah mengalami modifikasi-modifikasi penting. Model memori dari William James menyatakan bahwa memori bersifat dikotomi: manusia mengamati sejumlah obyek, informasi memasuki memori dan kemudian hilang, sedangkan bebrapa informasi menetap di memori selamanya.

1.2 Rumusan Masalah
  1. apa pengertian dan sifat memori?
  2. Bagaimanakah pengukuran memori?
  3. Apa sajakah model memori?
  4. Bagaimana bentuk-bentuk memori?
1.3 Tujuan Penulisan
  1. Memenuhi tugas mata kuliah psikologi umum 2
  2. Mempelajari tentang pengertian dan sifat memori
  3. Mempelajari tentang pengukuran memori
  4. Mempelajari tentang model memori
  5. Mempelajari dan mengetahui bentuk-bentuk memori


1.4 Manfaat Penulisan
  1. Terselesaikannya tugas mata kuliah psikologi umum 2
  2. Mengetahui tentang pengertian dan sifat memori
  3. Mengetahui tentang pengukuran memori
  4. Memahami tentang model memori
  5. Memahami dan mengetahui bentuk-bentuk memori



BAB II
PEMBAHASAN
    1. Pengertian Memori dan Sifat Memori
Dalam komunikasi intrapersonal, memori memegang peranan penting dalam mempengaruhi baik persepsi (dengan menyediakan kerangka rujukan) maupun berfikir (yang akan kita uraikan nanti). Definisi dari Schlessinger dan Groves (1976) adalah suatu sistem yang sangat berstruktur, yamg menyebabkan organisme sanggup merekam fakta tentang dunia dan menggunakan pengetahuannya untuk membimbing perilakunya. Setiap saat stimulasi mengenai indera kita, setiap saat pula stimulasi itu direkam secara sadar atau tidak sadar . berapa kemampuan rata-rata memori manusia untuk menyimpan informasi? John Griffith, ahli matematika, menyebutkan angka 10¹¹ (seratus triliun) bit. John von Neumann, ahli teori informasi, menghitungnya sampai 2.8 x 10º² (280 kuintriliun) bit. Asimov menerangkan bahwa otak manusia selama hidupnya sanggup menyimpan sampai satu kuidriliun bit informasi.
Agak sukar bagi kita yang awam untuk memeriksa angka mana yang paling tepat. Lagi pula, tidak pertlu. Kita sudah cukup mengetahui bahwa manusia memiliki memori yang sangat luar biasa. Wilden Penfield, ahli bedah syaraf, pernah melaporkan bagaimana rangsangan dengan jarum elektris pada bagian-bagian otak tertentu dapat menghadirkan kembali rekaman ini, persis seperti memainkan rekaman video (penfield, 1956).
Seorang wanita berumur 26 tahun mengalami bedah otak karena epilepsi. Karena hanya digunakan anestesia lokal, pasien masih dalam keadaan sadar. Dokter bedah merangsang daerah-daerah tertentu dan menimbulkan rekaman peristiwa. Elektroda diletakkan pada lokasi 11 pada otaknya, dan pasien berkata, “ya, tuan, saya mendengar seorang ibu memanggil anaknya di suatu tempat. Tampaknya terjadi bertahun-tahun yang lampau, seseorang yang tinggal bertetangga dengan saya”. Kemudian elektroda digerakkan ke lokasi 13, dan pasien berteriak, “Saya mendengar suara. Jauh malam, di sekitar tempat pesta seperti ada sirkus, saya melihat banyak gerobak yang digunakan untuk menyimpan binatang”. Elektroda diletakkan lagi pada lokasi 11, dan pasien berkata lagi , “Ya, saya dengar suara yang saya kenal, seorang wanita seperti sedang memanggil, wanita yang sama”. Pada peristiwa ini, memori diungkap kembali, begitu memori hidup, seakan-akan si pasien mengalaminya lagi.

    1. Pengukuran Memori
Metode pengukuran memori
  1. Nonsense Syllables/saving Method, yaitu proses mengingat dengan cara menabung. Mengulang-ulang informasi akan menghemat waktu untuk mengingatnya. Musalnya, mengombinasikan huruf hidup dengan huruf mati yang tidak beraturan atau tidak mempunyai arti (zik, dag, pif, dan sebagainya) untuk diingat. Kata tersebut akan sulit untuk diingat atau dipelajari karena tidak beraturan.
  2. Recall (mengulang kembali), yaitu proses mengingat kembali informasi yang telah dipelajari tanpa diberikan petubjuk.
  3. Recognition (mengenali kembali), mengenali informasi dengan cara pengenalan lebih mendalam bentuk-bentuk stimulus yang ada.

    1. Model Memori
  1. William James
Model memori ganda (dualistic model of memory) berkembang pada akhir tahun 1800-an. William James (1842-1910) membedakan memori langsung (immediate memory), yang disebutnya memori primer (primary memory) dan memori tidak langsung (indirect memory) yang disebutnya memori sekunder (secondary memory). Teori tentang struktur memori disusun James berdasarkan instrospeksi dan menganggap memori sekunder sebagai suatu tempat penyimpanan informasi yang menyimpan pengalaman atau informasi-informasi yang pernah dialami, namun tidak dapat diakses lagi.
James berpendapat bahwa memori primer tidak pernah meninggalkan kesadaran dan selalu menyediakan “tanyangan” peristiwa-peristiwa yang telah dialami. Memori primer mirip (namun tidak identik) dengan apa yang sekarang disebut memori jangka pendek (short-term memory/STM). Memori sekunder atau memori jangka panjang (long-term memory/LTM), didefinisikan sebagai jalur-jalur yang “terpahat” dalam jaringan otak manusia, dan setiap manusia memiliki struktur jalur yang berbeda.
James berpendapat  bahwa memori memiliki sifat dualistik, yaitu transitoris (sebagai pengantara) dan permanen. Namun, James belum terdapat cukup bukti ilmiah yang mendukung perbedaan definisi operasianal antara kedua sistem memori tersebut. Bukti-bukti tersebut baru muncul pada 75 tahun kemudian.
Model memori ganda James sepertinya terlihat masuk akal secara intuitif. Berdasarkan pengetahuan tentang struktur otak beserta pemprosesan informasi di otak, tampaknya model memori milik James memiliki validitas. Namun, bukti-bukti yang mendukung keberadaan dua tipe memori muncul belakangan dari studi-studi fisiologis.
Pada studi-studi berikutnya terdapat sejumlah besar bukti eksperimen behavioral-mulai dari eksperimen-eksperimen paling awal tentang memori hingga hungga laporan terbaru mengenai literatur psikologi-yang mendukung teori dualistik. Suatu efek “awal dan akhir” (primary and recency)  dalam item-item sejajar yang diasosiasikan (paired associates) ditemukan oleh Mary Calkins, seorang murid William James. Ketika seeorang mempelajari sebuah rangkaian item dan kemudian mencoba mengingat item-item tersebut tanpa harus menyebutkan secara urut dari depan dan belakang, efek “awal dan akhir” pun muncul- item-item di awal rangkaian dan di akhir rangkaian adalah yang paling diingat. Efek ini konsisten dengan konsep memori ganda.
Selain itu ada juga efek von Restorff  yang menyatakan bahwa apabila suatu item di tengah-tengah rangkaian adalah item yang unik (dibandingkan dengan item-item lainnya), item tersebut cenderung diingat. 
  1. Waugh dan Norman
Waugh dan Norman (1965) mengembangkan model behavioral modern pertama. Model tersebut adalah model dualistik, mencangkup memori primer dan memori sekunder. Waugh dan Norman “meminjam” model James dan menggambarkan model mereka seperti ini, item memasuki memori primer dan kemudian disimpan di sana (melalui pelatihan pengulangan), atau dilupakan. Dengan mengguanakan pengulangan (rehearsal), item tersebut memasuki memori sekunder dan selanjutnya menjadi bagian memori primer.
Model James dikembangkan oleh Waugh dan Norman dengan mengkuantifikasikan karekteristik-karektristik memori primer. Sistem penyimpanan jangka pendek memiliki kapasits yang sangat terbatas, sehingga hilangnya informasi didalilkan terjadi   “seiring berlalunya waktu”, namun terjadi karena item-item baru “menindihi” item-item lama saat ruang penyimpanan penuh. 
Waugh dan Norman memiliki minat mempelajari apa yang terjadi pada item-item dalam STM yang tidak diingat. Mereka mengusulkan bahwa item-item tersebut akan memudar dan menghilang (decay) dari memori, atau memori tersebut digantikan (atau dihambat) oleh informasi-informasi baru. Penelitian yang dilakukan mereka bertujuan untuk menentukan apakah kelupaan (forgetting) terjadi akibat decay  (yang terjadi dengan sendirinya seiring berlalunya waktu) atau akibat interferensi (interference) dari item-item lain dalam daftar. Pengujian decay dan interferensi dalam STM mengindikasikan bahwa interferensi merupakan suatu faktor yang lebih berpengruh dibandingkan decay
  1. Atkinson dan Shiffrin
Model Atkinson dan Shiffrin disusun berdasarkan gagasan bahwa struktur memori bersifat stabil dari proses-proses control berupa factor-faktor tidak tetap. Atkinson dan Shiffrin meminjam konsep dualistic memori Waugh dan Norman, namun mendalilkan adanya lebih banyak subsistem dalam STM dan LTM. Model-model awal tentang memori, menurut Atkinson dan Shiffrin bersifat terlalu menyederhanakan dan tidak cukup kuat untuk menangani kerumitan proses atensi, proses membandingkan stimuli, pengendalian dalam mengambil memori, pemindahan dari STM ke LTM, pencitraan, memori penyandian sensorik dan sebagainya. Dalam model Atkinson dan Shiffrin, memori memiliki tiga area penyimpanan yaitu: register sensorik, penyimpanan jangka pendek, dan penyimpanan jangka panjang. Sebuah stimulus diproses dalam dimensi sensorik yang tepat dan selanjutnya bisa hilang ataupun diproses lebih lanjut.

    1. Bentuk-bentuk Penyimpanan Informasi
  1. Memori Sensoris
Memori sensoris adalah ingatan yang berkaitan dengan penyimpanan informasi sementara yang dibawa oleh pancaindera. Setiap pancaindera memiliki satu macam memori sensoris. Memori Sensoris adalah informasi sensoris yang masih tersisa sesaat setelah stimulus diambil. Jadi, di dalam diri manusia ada beberapa macam sensori-motorik, yaitu sensori-motorik visual (penglihatan), sensori-motorik audio (pendengaran), dan sebaganya.  Memori sensorik cukup pendek, dan biasanya akan menghilang segera setelah apa yang kita rasakan berakhir. Sebagai contoh, ketika anda melihat. Kita melihat ratusan hal ketika berjalan selama beberapa menit. Meskipun perhatian tertuju oleh sesuatu yang anda lihat, itu segera terlupakan oleh sesuatu yang lain yang menarik perhatian anda di antara sekian banyak yang ditangkap indera penglihatan.
Ketika kita mendengar sesuatu, melihat sesuatu, atau meraba sesuatu, informasi-informasi dari indera-indera itu diubah dalam bentuk impuls-impuls neural (bentuk neuron) dan dikirim ke bagian-bagian tertentu dari otak. Proses tersebut berlangsung dalam sepersekian detik.
Sebenarnya memori sensoris berkapasitas besar untuk menyimpan informasi, akan tetapi yang disimpan tersebut cepat sekali menghilang, dikatakan bahwa informasi tersebut akan menghilang setelah sepersepuluh detik, lalu akan menghilang sama sekali setelah lewat dari satu detik.
Keberadaan memori sensoris mempunyai peran yang penting dalam hidup manusia. Orang harus menaruh perhatian pada suatu informasi bila informasi itu harus diingat. Dengan begitu ada proses seleksi dari kesadaran, mana informasi yang diperlukan dan mana yang tidak.

  1. Memori Jangka Pendek
Di luar sensory memories, model pemrosesan informasi yang dilontarkan pada 1960-an menghipnotesiskan satu atau lebih tempat penyimpanan jangka pendek yang menahan informasi selama bebberapa detik. Dengan memperhatikan pada sesuatu berarti mentransfer sesuatu itu ke memori jangka pendek (short term memory), yang memiliki kapasitas sekitar tujuh item. Penyimpanan semacam ini digunakan kegtika misalnya, mengontak nomor telepon baru. Penyimpanan ini memiliki kapasitas terbatas, sehingga begitu memorinya penuh maka informasi lama segera digantikan oleh masukan baru. Fikiran/ data/ informasi yang kurang penting disimpan dalam memori jangka pendek, digunakan sebentar, dan kemudian dibiarkan menghilang dengan sendirinya.
Dalam literature ilmiah, tempat penyimpanan short term yang verbal ternyata mendapat perhatian cukup besar. Keberadaannya telah disimpulkan setidaknya sebagian dari dari recency effect (efek kemutakhiran) dalam free recall (pengingatan bebas).
  1. Memori Jangka Panjang
Informasi dalam long term memory diyakini disimpan dalam bentuk meaning (pemaknaan) atas informasi. Jadi, ketika dikemudian waktu diminta mengingat pilihan kalimat-kalimat bermakna yang disajikan sebelumnya, orang biasanya tidak dapat memproduksi kata-kata dengan persis dan tepat tetapi umumnya mereka dapat melaporkan makna atau inti dari kata-kata itu dalam bentuk kalimat.
Model-model memori tiga tahap dari Artkinson dan Shiffirin sangant berguna untuk menyederhanakan dan merepresentasikan beberapa aspek dari kompleksitas memori manusia. Namun, kompleksitas yang sangat ini membutuhkan penyesuaian terus-menerus untuk memungkinkan model-model ini menggabungkan observasi tambahan. Sebagai contoh, model pemrosesan informasi yang diuraikan diatas membuat dua asumsi dasar:
  1. Informasi hanya bisa mencapai long term memory dengan terlebih dahulu melewati tempat penyimpanan short-term.
  2. Melatih informasi dalam short-term store akan menyimpannya disitu sekaligus meningkatkan kesempatannya untuk ditransfer ke long-term.
Namun, bagian pertama dari dua asumsi diatas ditantang oleh identifikasi atas kasus-kasus klinis kunci. Para pasien cedera otak ini menunjukkan gangguan kapasitas short-term memory sehingga (ditinjau dari model Atkinson-Shiffrin) merusak parah tempat penyimpanan long-term memory. Namun, pasien-pasienini tampaknya tidak memilki kerusakan dalam kemampuan long-term memory. Kemudian, asumsi kedua dari model Atkinson-Shiffrin juga ditantang oleh temuan-temuan penelitian di mana peserta dilatih beberapa kata terkahir dari daftar kata untuk jangka waktu lebih panjang, tanpa menunjukkan perbaikan dalam ingatan jangka panjang atas kata-kata itu. Dalam beberapa situasi, juga menjadi jelas bahwa menghadapi informasi yang sama di berbagai kesempatan (yang mungkin, cukup masuk akal, diasumsikan mengakibatkan peningkatan latihan) tidak cukup untuk mengarah pada retensi atas informasi ini.
Bukti lain bagi perbedaan antara penyimpanan memori jangka pendek dan oenyimpanan memori jangka panjang dipertanyakan. Misalnya, seperti kita lihat sebelumnya, recency effect dalam free recall telah dikaitkan dengan operasi short term store karena efek ini direduksi beberapa detik sebelum recall diisi dengan tugas verbal misalnya menghitungmundur. Tetapi, ketika peserta eksperimen mempelajari kata-kata dan menghitung mundur setiap kata dalam daftar, beberapa item dari bagian tengah dasar. Pola temuan ini bertentangan dengan model Shiffrin-Atkinson, karena short term memory tentunya telah diisi dengan tugas menghitung mundur dan dengan deikian tidak ada resensi efek yang seharusnya bisa diamati. Semantic encoding atau pengkodean semantik (yaitu, pengolahan informasi dalam hal pemaknaannya) juga dibuktikan dalam pembelajaran jangka pendek di bawah kondisi yang sesuai yuang menunjukkan bahwa phonological encoding atau pengkodean fonologis bukanlah satu-satunya bentuk pengkodea yang relevan untuk representasi informasi dalam short term store.
Dua tanggapan utama muncul mengikuti pengenalan atas masalah model pemrosesan informasi Atkinson dan Shifftrin. Satu pendekatan, terutama terkait dengan Baddeley dan kolega, adalah memperbaiaki model short term memory terkait keterbatasan yang sudah dikenali. Baddeley dan kolega juga berusaha menggolongkan lebih lanjut fungsi-fungsi yang dimainkan memori jangka pendek dalam kognisi. Perubahan dalam perspektif ini engarah ke model asli yang kemudia direvisi Baddeley tentang walking memory (memori kerja). Respon utama lainnya terhadap maslah yang diidentifikasi terkait model Atkinson dan Shifftrin ini adalah lebih umum mempertanyakan penakan yang ditempatkan dalam memory store ini dan keterbatasan memori mereka dan justru fokus pada pendekatan alternatif berdasarkan siufat pemrosesan yang terjadi dalam memori, dan konsekuensi dari proses ini untuk mengingat.
Apapun model memori tertentu yang pada akhirnya paling menarik, banyak teori tentang memori yang membuat perbedaan umum tetapi mendasar antara proses memori short term dan proses memori long term. Sebagaimana kita akan lihat, bukti bagi dikotomi antara penyimpanan memori jangka pendek dan jangka panjang ini datang dari;
  1. Berbagai eksperimen yang telah dilakukan kepada individu normal dan sehat.
  2. Studi tentang pasien cedera otak dengan defisit memori.
Ada juga bukti konvergen dari penelitian biologi mendasar yang mendukung perbedaan antara penyimpanan memori jangka pendek dan jangka panjang


BAB III
PENUTUP
    1. Kesimpulan
Memori adalah elemen pokok dalam sebagian besar proses kognitif. Metode pengukuran memori antara lain, Nonsense Syllables/saving Method, Recall (mengulang kembali), Recognition (mengenali kembali). Bentuk-bentuk penyimpanan informasi, diantaranya memori sensoris, memori jangka pendek, dan memori jangka panjang.




DAFTAR PUSTAKA
Foster, Jonathan K. 2009. Psikologi Memori (menyingkap rahasia memori). Surabaya: Portico.
Rakhmat, Jalaluddin. 2008. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.


MOTIVASI


A.Pengertian Motivasi

Motivasi adalah proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan seorang individu untuk mencapai tujuannya. Tiga elemen utama dalam definisi ini adalah intensitas, arah, dan ketekunan.
Dalam hubungan antara motivasi dan intensitas, intensitas terkait dengan dengan seberapa giat seseorang berusaha, tetapi intensitas tinggi tidak menghasilkan prestasi kerja yang memuaskan kecuali upaya tersebut dikaitkan dengan arah yang menguntungkan organisasi. Sebaliknya elemen yang terakhir, ketekunan, merupakan ukuran mengenai berapa lama seseorang dapat mempertahankan usahanya
Menurut Walgito (2002):
Motif berasal dari bahasa latin movere yang berarti bergerak atau tomove
yang berarti kekuatan dalam diri organisme yang mendorong untuk berbuat
(driving force). Motif sebagai pendorong tidak berdiri sendiri tetapi saling terkait
dengan faktor lain yang disebut dengan motivasi.Menurut Caplin (1993) motif
adalah suatau keadaan ketegangan didalam individu yang membangkitkan,
Memelihara dan mengarahkan tingkah laku menuju pada tujuan atau sasaran.
Motif juga dapat diartikan sebagai tujuan jiwa yang mendorong individu untuk
melakukan aktivitas-aktivitas tertentu dan untuk tujuan-tujuan tertentu terhadap
situasi disekitarnya (Woodworth dan Marques dalam Mustaqim, 1991).Sedangkan
menurut Koontz dalam Moekjizat (1984) motif adalah suatu keadaan dari dalam
yang memberi kekuatan, yang menggiatkan atau menggerakkan, dan yang
mengarahkan atau menyalurkan perilaku kearah tujuan-tujuan tertentu.
Menurut Gunarsa (2003):
Terdapat dua motif dasar yang menggerakkan perilaku
seseorang, yaitu motif biologis yang berhubungan dengan kebutuhan untuk
mempertahankan hidup dan motif sosial yang berhubungan dengan kebutuhan
sosial. Sementara Maslow A.H. menggolongkan tingkat motif menjadi enam,
yaitu: kebutuhan fisik, kebutuhan rasa aman, kebutuhan akan kasih sayang,
kebutuhan seks, kebutuhan akan harga diri dan kebutuhan aktualisasi diri (dalam
Mahmud, 1990).
Menurut Terry (dalam Moekjizat, 1984):
Motivasi adalah keinginan didalam diri individu yang mendorong individu untuk bertindak.latihan atau kegiatan lainnya yang menimbulkan suatu perubahan secara kognitif,afektif dan psikomotorik pada individu yang bersangkutan.
Menurut Chung dan Meggison adalah:
Motivasi merupakan prilaku yang ditujukan kepada sasaran, motivasi
berkaitan dengan tingkat usaha yang dilakukan oleh seseorang dalam mengejar
suatu tujuan. Motivasi berkaitan erat dengan kepuasan pekerja dan fermormasi
pekerjaan)
Menurut Heidjrachman dan Suad Husnan adalah:
Motivasi merupakan proses untuk mencoba mempengaruhi seseorangagar mau melakukan sesuatu yang diinginkan.Dari defenisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pada dasarnya defenisi diatas mempunyai pengertian yang sama, yaitu semuanya mengandung unsur dorongan dan keinginan.
Teori-teori motivasi
  1. TEORI HEDONISME
Hedonisme adalah bahasa yunani yang berarti kesukaan, kesenangan, atau kenikmatan. Hedonism adalah suatu aliran di dalam filsafat yang mengandung bahwa tujuan hidup yang utama pada manusia adalah mencari kesenangan yang bersifat duniawi. Pada abad ke-17, hobbes menyatakan bahwa apapun alasannya yang diberikan seseorang untuk prilakunya, sebab-sebab terpendam dari semua prilaku itu adalah kecenderungan untuk mencari kesenangan dan menghindari kesusahan.
  1. TEORI NALURI
Teori naluri ini mearupakan bagian terpenting dari pandangan mekanisme terhadap manusia. Naluri merupakan suatu kekuatan biologis bawaan, yang mempengaruhi anggota tubuh untuk berlaku dengan cara tertentu dengan keadaan tepat.sehingga semua pemikiran dan prilaku manusia merupakan hasil dari naluri yang diwariskan dan tidak ada hubungannya dengan akal.
Menurut teori naluri seseorang tidak memilih tujuan dan perbuatan, akan tetapi dikuasai oleh kekuatan-kekuatan bawaan, yang menentukan tujuan dan perbuatan yang akan dilakukan. Freud juga percaya bahwa dalam diri manusia ada sesuatu yang tanpa disadari menentukan setiap sikap dan prilaku manusia.
  1. TEORI REAKSI YANG DIPELAJARI
Teori ini berbeda pandangan dengan tindakan atau prilaku manusia berdasrkan naluri-naluri, tetapi berdasarkan pola dan tingkah laku yang dipelajari dari kebudayaan di tempat orang itu hidup. Orang belajar paling banyak dari lingkungan kebudayaan di tempat ia hidup dan dibesarkan. Oleh karena itu, teori ini disebut juga teori lingkungan kebudayaan. Menurut teori ini, apabila seorang pemimpin atau seorang pendidik akan memotivasi anak buah atau anak didiknya, pemimpin atau pendidik itu hendaknya mengetahui benar-benar latar belakang kehidupan dan kebudayaan orang-orang yang di pimpinnya.
  1. DRIVE THEORY
Teori ini merupakan perpaduan antara” teori naluri” dengan “ teori reaksi yang dipelajari” daya pendorong adalah semacam naluri, tetapi hanya suatu dorongan kekuatan yang luas terhadap suatu arah yang umum. Misalnya, suatu daya pendorong pada lawan jenis. Semua orang dalam semua kebudayaan mempunyai daya pendorong pada lawan jenis. Namun, cara-cara yang digunakan berlain-lainan bagi tiap individu, menurut latar belakang dan kebudayaan masing-masing.
  1. TEORI AROUSAL
Teori ini dikemukakan olehElizabeth Duffy. Menurutnya, organism tidak selalu berusaha menghilangkan ketergantungan tetapi justru tidak sebaliknya, dimana organism berusaha meningkatkan ketegangan dalam dirinya. Homeostatis adalah ketegangan optimum yang sifatnya subjektif.
  1. TEORI ATRIBUSI
Perilaku seseorang ditentukan oleh bagaimana ia menafsirkan atau berusaha mengerti apa
yang melatarbelakangi peristiwa-peristiwa yang terjadi di sekitarnya. Teori ini merupakan teori yang dikemukakan olehkelompok teori kognitif yang berusaha menggambarkan secara sistematik penjelasan-penjelasan perihal kenapa seseorang berhasil atau gagal dalam suatu aktivitas. Ini dijelaskan melalui teori atribusi. Atribusi adalah suatu hal atau keadaan yang dikaitkan dengan kesuksesan atau kegagalan dalam suatu aktivitas. Misalnya, guru yang tidak enak mengajar, kesehatan yang tidak optimal, pelajaran tidak menarik, ketidakberuntungan, kurang usaha, kurangnya kemampuan, pekerjaan terlalu sulit, salah strategi dan lain-lain.
  1. TEORI KEBUTUHAN
Manusia adalah mahluk rasional yang akan mengalami proses kognitif sebelum terjadi respons. Prilaku yang dikuasai oleh actualizing tendency, yaitu kecenderungan inheren manusia untuk mengembangkan diri. Kecenderungan tersebut dipengaruhi oleh manusia pada hakikatnya adalah untuk memenuhi kebutuhannya, baik kebutuhan fisik maupun kebutuhan psikis.
     MENURUT MASLOW, manusia memiliki lima tingkat kebutuhan, yaitu :
  1. Kebutuhan fisiologis : yaitu kebutuhan dasar yang berifat primer dan fital, menyangkut fungsi biologis, seperti kebutuhan akan pangan, sandang, dan papan, kesehatan, kebutuhan seks.
  2. Kebutuhan rasa aman dan perlindungan. Seperti, perlindungan dri bahaya dan ancaman, penyakit, perang, kelaparan, dan perlakuan tidak adil.
  3. Kebutuhan social,yang meliputi kebutuahn akan dicintai, diperhitungkan sebagai pribadi, diakui sebgaia anggota kelompok, rasa setia kawan, dan kerja sama.
  4. Kebutuhan akan penghargaan, termasuk kebutuhan dihargai karena prestasi, kemampuan, status, pangkat.
  5. Kebutuahn akan aktualisasi diri, seperti antara lain kebuthan mempertinggi potensi yang dimiliki,mengembangkan diri secara maksimum, kreativitas, dan ekspresi diri.
     C. MACAM-MACAM MOTIVASI
Menurut caplin, motivasi dapat di bagi menjadi dua, yaitu physiological drive dan social motives. Physiological drive ialah dorongan yang bersifat fisik, seperti lapar, haus, seks, dan sebagainya. Sedangkan yang dimaksud dengan social motives ialah dorongan yang berhubungan dengan orang lain, seperti estetis, dorongan ingin selalu berbuat baik, dan etis. Lindzy G. Hall, memasukkan kebutuhan berkelompok, kebutuhan terhadap penghormatan, kebutuhan akan sesutau yang dicintai ke dalam social motives.
Sedangkan Woodworth dan Marqius menggolongkan motivasi menjadi tiga macam. Yaitu :
  1. Kebutuhan-kebutuhan organis, yaitu motivasi yang berkaitan dengan kebutuhan dalam, seperti : makan, minum, kebutuhan bergerak dan istirahat atau tidur, dan sebagainya.
  2. Motivasi darurat yang mencakup dorongan untuk menyelematkan diri, dorongan untuk membalas, dorongan untuk berusaha, dorongan untuk mengejar, dan sebagainya. Motivasi ini timbul, jika situasi menuntut timbulnya kegiatan yang cepat dan kuat dari diri manusia. Dalam hal ini motivasi timbul atas keinginan seseorang, tetapi perangsang dari luar.
  3. Motivasi objektif, yaitu motivasi yang diarahkan kepada objek atau tujuan tertentu disekitar kita, motif ini mencakup kebutuahn untuk eksplorasi, manipulasi, menaruh minat. Motivasi ini timbul karena dorongan untuk menghadapi dorongan secara efektif.
Selain itu, Wood Worth juga mengklasifikasikan motivasi menjadi dua bagian, yaitu :
  1. Unlearned motives, adalah motivasi pokok yang tidak dipelajari atau motivasi bawaan. Yaitu motivasi yang dibawa sejak lahir, seperti dorongan untuk makan, minum, seksual, bergerak dan istirahat. Motif ini sering juga disebut motivasi yang diisyaratkan secarabiologis.
  2. Learned motives, adalah motivasi yang timbul karena dipelajari, seperti misalnya : dorongan untuk belajar sesuatu cabang ilmu pengetahuan, mengejar jabatan, dan lain sebagainya. Motivasi ini sering disebut motivasi yang diisyaratkan secara social, karena manusia hidup dalam lingkungan social.
Selain kedua tokoh diatas, beberapa psikologi ada yang membagi motivasi menjadi dua :
  1. Motivasi intrinsic, ialah motivasi yang berasal dari diri seseorang itu sendiri tanpa dirangsang dari luar. Misalnya : orang yang gemar membaca, tidak usah ada yang mendorong, ia akan mencari sendiri-sendiri buku-bukunya untuk dibaca. Motif intrinsic juga diartikan sebagai motivasi pendorongnya ada kaitan langsung dengan nilai-nilai yang terkandung didalam tujuan pekerjaan sendiri. Misalnya, seorang mahasiswa tekun mempelajari mata kuliah psikologi karena ia ingin sekali menguasai mata kuliah itu.
  2. Motivasi ekstrinsik, yaitu motivasi yang dating karena adanya perangsang dari luar, seperti : seorang mahasiswa rajin belajar karena akan ujian. Motivasi ekstrinsik ini juga dapat diartikan sebagai motivasi yang pendorongnya tidak ada pendorongnya tidak ada hubungannya dengan nilai yang terkandung dalam tujuan pekerjaannya. Seperti seorang mahasiswa mau mengerjakan tugas karena takut pada dosen.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar